EverLastingFriend

EverLastingFriend
YAY! WHERE ARE YOU GOING ? STAY STILL!!!

Sabtu, 22 Juni 2013

MANAJEMEN DAN PENDUKUNG SISTEM BIMBINGAN DI SEKOLAH DASAR

1.      Struktur Program Bimbingan di SD
Struktur program bimbingan dan konseling yang komprehensif terdiri atas empat komponen, yaitu :
1)      Layanan Dasar Bimbingan
2)      Layanan Responsif
3)      Sistem Perencanaan Individual, dan
4)      Pendukung Sistem
(Muro dan Kottman, 1995, Sara Chapman, dkk, 1993)
            Komponen dan perbandingan alokasi program bimbingan dan konseling (Sara Capman, dkk., 1993 : 7) dapat diamati dari hasil perbandingan alokasi waktu untuk masing-masing komponen program bimbingan di SD adalah :
a.       Layanan Dasar Bimbingan 3540 %
b.      Layanan Responsif 30-40 %
c.       Sistem Perencanaan Individual 5-10 %
d.      Pendukung Sistem 10-15 %
Berikut ini disajikan uraian dari masing-masing komponen, kecuali untuk pendukung sistem disajikan pada bagian pengembangan program.

a.      Layanan Dasar Bimbingan
Tujuan layanan dasar bimbingan adalah membantu seluruh murid dalam mengembangkan keterampilan dasar untuk kehidupan. Komponen ini merupakan landasan bagi program bimbingan dan konseling. Isi layanan dasar bimbingan adalah hal-hal umum yang perlu dikembangkan bagi seluruh murid melalui layanan bimbingan konseling dalam membantu murid mengembangkan ketrampilan hidup dan perilaku efektif. Fungsi layanan dasar bimbingan lebih bersifat pengembangan karena merupakan upaya menyiapkan isi bimbingan secara sistemik bagi seluruh murid.
Bidang bimbingan yang bobot materinya lebh berkaitan dengan layanan bimbingan dasar adalah Bimbingan pribadi. Bimbingan pribadi lebih terfokus pada upaya membantu peserta didik mengembangkan aspek-aspek kepribadian yang menyangkut pemahaman diri dan lingkungan, kemampuan memecahkan masalah, konsep diri, kehidupan emosi, identitas diri, dan bimbingan menjadi pribadi yang mandiri.
Contoh materi program layanan bimbingan dan konseling di SD mencakup :
1)      Self-esteem
2)      Motivasi berprestasi
3)      Keterampilan pengambilan keputusan merumuskan tujuan, dan membuat perencanaan
4)      Masalah putus sekolah

b.      Layanan Responsif

Layanan responsif bersifat preventif dan remedial. Preventif dengan memberikan intervensi terhadap siswa agar mereka terhindar dari pilihan yang tidak sehat atau tidak memadai atau membawa anak agar mampu menentukan pilihan pada situasi tertentu. Remedial dengan mmberikan intervensi terhadap siswa yang telah memiliki pilihan yang salah atau mereka tidak memiliki kemampuan dalam memecahkan masalahnya.
Prioritas pemberian layanan hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan anak. Program bimbingan yang komprehensif mencakup pula pemberian layanan bagi siswa yang memiliki katrakteristik tertentu seperti siswa berbakat, program pendidikan khusus, program pendidikan jabatan, anak yang berpindah-pindah.
Teknik pemberian layanan berupa konsultasi individual atau siswa dalam kelompok kecil, mengamati siswa untuk mengidentifikasi masalah, konsultasi dengan guru dan orang tua, bersama guru dan orang tua membuat program rujukan untuk program atau spesialis lain, melakukan koordinasi dengan ahli lain, dan melakukan pengawasan terhadap kemajuan siswa. Jika memungkinkan melaksanakan pelatihan dan pengawasan oleh fasilitator sebaya. Terkadang konselor melaksanakan layanan bimbingan untuk merespon tuntutan guru berkenaan dengan penyelesaian masalah kelompok anak tertentu seperti masalah persainhgan atau stress di kalangan siswa berbakat.
Bidang bimbingan yang kental berbobot layanan responsive meliputi :
a.       Bimbingan Belajar
b.      Bimbingan Sosial, dan
c.       Konseling
d.      Sistem Perencanaan individual

c.       Sistem Perencanaan Individual

Tujuan sistem perencanaan individual adalah membimbing siswa untuk merencanakan, memonitor, dan mengelola rencana pendidikan, karir, dan pengembangan social-pribadi oleh dirinya sendiri. Isi perencanaan individual adalah hal-hal yang menjadi kebutuhan siswa unjtuk memahami secara khusus tentang perkembangan dirinya sendiri.  Dengan demikian meskipun perencanaan individual ditujukan untuk memandu seluruh siswa, layanan yang diberikan lebih bersifat individual karena didasarkan atas perencanaan, tujuan dan keputusan yang ditentukan oleh masing-masing individu.
Konselor dapat menggunakan berbagai narasumber-staf, informasi, dan kegiatan, serta memfokuskan narasumber untuk seluruh siswa dan membantu siswa secara individual untuk mengembangkan dan mengimplementasikan perencanaan pribadi. Melalui sistem perencanaan individual, siswa dapat :
1)      Mempersiapkan pendidikan, karier, tujuan sosial-pribadi yang didasarkan atas pengetahuan akan dirinya, informasi tentang sekolah, dunia kerja, dan masyarakatnya.
2)      Merumuskan rencana untuk mencapai tujuan jangka pendek, jangka menengah dan tujuanjangka panjang.
3)      Menganalisis apa kekuatan dan kelemahan dirinya dalam rangka mencapai tujuannya.
4)      Mengukur tingkat pencapaian tujuan dirinya.
5)      Mengambil keputusan yang merefleksikan perencanaan dirinya.
Guru-guru hendaknya memberikan prioritas terhadap pemberian bantuan bagi siswa, dan mengimplementasikan perencanaan individual dengan fokus siswa, perencanaan pendidikan dan karier. Contoh materi program di antaranya penafsiran hasil tes yang standar, aktivitas pengembangan karier (umpamanya kegiatan hari karier), strategi mengatasi transisi melanjutkan sekolah, pra pendaftaran kursus, membantu siswa dalam melaksanakan riset dan memperoleh uang bagi siswa sekolah menengah atau pelatihan.
Konselor melakukan bimbingan kelompok dan atau melakukan konsultasi dengan penasehat akademik, dan orang tua. Mereka bertanggung jawab dalam menjaga kekuratan dan kebermaknaan interpretasi hasil tes dan informasi hasil penafsiran lainnya baik bagi siswa, guru maupun orang tua siswa. Konselor melakukan koordinasi dan konsultasi dengan pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam memberikan informasi pendidikan dan karier, serta prosedur dimana guru memberikan rekomendasi penempatan. Mereka memberikan rujuakan dan konsultasi berkenaan dengan prosedur pemberian rujukan bagi siswa-siswa yang membutuhkan program pendidikan tertentu, seperti siswa berbakat, siswa yang memiliki dwibahasa, siswa yang krisis, pendidikan khusus, pendidikan jabatan dan pendidikan pengganti.

d.      Pendukung Sistem (System Support)
Komponen pendukung sistem lebih diarahkan apada pemberian layanan dan kegiatan manajemen yang tidak secara langsung bermanfaat bagi siswa. Layanan mencakup :
1)      Konsultasi dengan guru-guru
2)      Dukungan bagi program pendidikan orang tua dan upaya-upaya masyarakat yang berhubungan
3)      Partisipasi dalam kegiatan sekolah dalam rangka peningkatan perencanaan dan tujuan
4)      Implementasi dan program standarisasi instrument tes
5)      Kerjasama dan melaksanakan riset yang relevan
6)      Memberiakn masukan terhadap pembuat keputusan dalam kurikulum pengajaran, berdasarkan perspektif siswa
Kegiatan manajemen diperlukan untuk menjamin peluncuran program bimbingan yang bermutu. Materi program dalam manajemen antara lain :
1)      Pengembangan dan manajemen program bimbingan
2)      Pengembangan staf bimbingan
3)      Pemanfaatan sumber daya masyarakat
Pengembangan penulisan kebijakan, prosedur dan pedoman pelaksanaan bimbingan.

2.      Pengembangan Program Bimbingan

Tugas pokok guru di sekolah dasar dalam melaksanakan bimbingan adalah menyusun program bimbingan, melaksanakan program bimbingan, evaluasi pelaksanaan bimbingan, analisis hasil pelaksanaan bimbingan, dan tindak lanjut dalam program bimbingan terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya (KEPUTUSAN MENPAN Nomor : 93, 1995). Penyusunan program bimbingan dan konseling adalah membuat rencana pelayanan bimbingan dan konseling dalam bidang bimbingan pribadi, bimbingan social, bimbingan belajar, dan bimbingan karier.
a.      Pengumpulan Data Siswa
Salah satu tujuan dari keseluruhan program bimbinga di SD adalah identifikasi awal tentang identitas murid, kemampuan, keberbakatan dan keterbatasan murid, serat kondisi social ekonomi orang tua murid. Kegiatan pengumpulan data umumnya dilaksanakan pada setiap tahun ajaran baru.
b.      Layanan Orientasi dan Pemberian Informasi
Bagi murid kelas I SD pengalaman memasuki sekolah merupakan pengalaman pertama sekolah yang sesungguhnya. Kesan pertama sangat penting, karena mendasari sikap murid selanjutnyaterhadap sekolah. Layanan orientasi dan pemberian informasi pada awal memasuki sekolah merupakan kegiatan yang yang strategis. Dalam kegiatan ini murid diperkenalkan dengan guru-guru, kelas tempatnya belajar, ruangan perpustakaan, ruangan UKS, WC, dan fasilitas sekolah lainnya, tata tertib sekolah, cara belajar dan cara bergaul. Mengingat anak SD masih kecil maka orang tua dilibatkan dalam kegiatan orientasi dan pemberian informasi, agar orang tua menjelaskan kembali kepada anaknya dengan gaya bahasa yang lebih bisa dipahami. Hal ini merupakan bentuk dari bimbingan kepada orang tua agar lebih memahami serta meningkatkan bantuannya terhadap perkembangan anaknya di sekolah.
Pelaksanaan pemberian informasi terhadap orang tua selain pada awal semester kelas I, juga pada kelas III, IV, dan VI. Pada semester kedua terjadi penambahan mata pelajaran dan waktu belajar, sementara perhatian orang tua cenderung menurun karena anak dianggap sudah mulai mandiri. Sedangkan pada semester I kelas VI, pertemuan dengan orang tua sangat penting, karena murid akan mengahadapi Ujian Nasional yang sangat menentukan untuk kelanjutan studi ke SLTP.
c.       Layanan Penembatan dan Penyaluran
Layanan penempatan dan penyaluran yang perlu dikembangakan di SD mencakup : layanan penempatan dan penyaluran khusus bagi kelas I, penempatan dan penyaluran dalam kegiatan ekstrakulikuler, serta penempatan dalam kelas unggulan.
1)      Layanan Penempatan dan Penyaluran bagi Kelas I
Pengalaman prasekolah memper=ngaruhi kemampuan murid dalam belajar di sekolah. Para siswa kelas I SD memiliki pengalaman prasekolah yang berbeda-beda baik ketika di TK maupun di rumah. Kemampuan murid kelas I sangat beragam. Ada murid yang telah menguasai kemampuan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung ada yang belum. Dalam peraturan TK belum boleh mengajarkan membaca, menulis dan berhitung (Calistung), namun dalam kenyataan banyak TK yang telah mengenalkannya, termasuk orang tua murid di sekolah. Sementara ketika masuk SD juga tidak boleh mengadakan seleksi, lebih-lebih dalam mensukseskan program Wajib Belajar.
Keragaman kemampuan dasar ini merepotkan guru kelas I dalam melaksanakan KBM. Akibat keragaman kemampuan awal, dalam pelajaran adaa anaka yang cepat mengusai ada pula anak yang lambat menguasai, kelas menjadi ribut.
Andaikata ketika masuk kelas I diadakan seleksi sederhana dalam kemampuan membaca, menulis dan berhitung, maka hasil seleksi ini berguna untuk keperluan penempatan, bukan untuk menerima atau menolak calon murid. Hasil seleksi dapat dimanfaatkan untuk pengelompokkan dalam kelas berdasarkan kemampuan, ada kelas unggul, kelas menengah dan kelas asor (Model SD Gentra Masekdas). Model pengelompokkan kelas berasarkan kemampuan dapat dicobakan dalam satu gugus sekolah. Tetapi jika model demikian belum memungkinkan, hasil seleksi dapat dimanfaatkan untuk penempatan tempat duduk. Anak yang belum menguasai kemampuan dasar Calistung disuruh duduk dibangku sebelah depan supaya mudah dibantu guru. Alternatif lain, dimungkinkan puila anak yang telah menguasai kemampuan dasar Calistung duduk sebangku dengan murid yang belum menguasai, sehingga dapat berperan sebagai tutor sebaya. Model penempatan dan penyaluran seperti ini dapat diterapkan dalam kelas-kelas selanjunya termasuk dalam kelompom belajar tambahan.
Model penempatan di Sd Priangan memiliki ciri khas tersendiri. Seleksi dilaksanakan hanya berdasarkan perbedan usia. Para murid yang memiliki usia dibawah 6 tahub dikelompokkan dalam kelas khusus (kelas kecil) selama dua tahun, setelah memasuki kelas 3 baru mereka diintegrasikan ke kelas biasa.
2)      Layanan Penempatan dalam Kegiatan Ekstrakulikuler
Salah satu daya tarik SD bermutu, adalah karena banyak melaksanakan ekstrakulikuler, seperti : olahraga, kesenian, bahasa inggris, computer, dan pramuka. Banyaknya pilihan kegiatan ekstrakulikuler terkadang membingungkan anak. Para murid umumnya ingin mengikuti semua kegiatan yang ditawarkan sekolah. Dalam kondisi seperti ini, guru SD diharapkan memiliki pemahaman tentang bakat dan kemampuan anak, sehingga mampu menempatkan murid dalam kegiatan ekstrakulikuler yang paling cocok.
3)      Layanan Penempatan dan Penyaluran dalam Kelas Unggulan
Siswa yang direkrur menjadi siswa kelas unggulan adalah kelas IV, dengan pertimbangan bahwa siswa kelas IV telah mulai dapat berpikir rasional baik pada SD Inti maupun SD Imbas. Cara mendapatkan siswa kelas unggulan, dengan cara merekrut semua siswa yang memenuhi persyaratan yang berada di lingkungan gugus tempat diselenggarakan kelas unggulan.

3.      Keterpaduan program Bimbingan dalam KBM

Sampai saat ini dalam sistem pendidikan sekolah dasar, layanan bimbingan masih menjadi tugas terpadu dari guru kelas. Namun demikian pelaksanaan bimbingan di sekolah dasar tetap menghendaki dukungan manajerial yang memadai. Mengingat hal-hal seperti itu, maka dalam upaya penyelenggaraan layanan bimbingan di sekolah dasar perlu dipertimbangkan aspek-aspek sebagai berikut :
1)      Aspek Program
Program bimbingan perlu dikembangakan bertolak dari kebutuhan dan masalah nyata yang ada di sekolah. Program bimbingan di sekolah dasar bisa menyangkut bimbingan belajar, pribad dan social serta bimbingan karier. Sementara itu isi bimbingan dari jenis bimbingan tersebut perlu dikembangkan secara relevan dengan konsep dan kebutuhan nyata yang dihadapi para peserta didik sekolah dasar di dalam perkembangannya. Perangkat tugas yang harus diselesaikan peserta didik dapat menjadi panduan umum bagi pengembangan program bimbingan di sekolah dasar.
2)      Aspek Ketenangan
Dengan mempertimbangkan kondisi dan sistem yang berlaku selama ini di sekolah dasar, guru kelas dipandang sebagai personel yang paling mungkin melaksanakan layanan bimbingan. Jika demikian halnya maka seorang guru sekolah dasar perlu memiliki pemahaman yang tepat dan ketrampilan yang memadai untuk melaksanakan layanan bimbingan.
3)      Aspek Prosedur / Teknik
Seperti diungkapkan di atas bahwa bimbingan di sekolah dasar lebih beorientasi
kepada pengembangan. Oleh karena itu sistem peluncuran bimbingan di sekolah dasar menghendaki keterpaduan antara pendekatan dan teknik instruksional dengan transaksional. Pengembangan iklim pembelajaran yang kondusif bagi pengembangan perilaku efektif baik yang menyangkut pengembangan perilaku belajar, pribadi dan sosial, serta perkembangan karier sebagai strategi yang efektif untuk digunakan disekolah dasar.

4)      Daya dukung Lingkungan
Bimbingan adalah sub sistemn yang terpadu dalam sistem pendidikan sekolah. Proses bimbingan hanya akan berjalan dengan baik jika mendapat tempat yang layak dalam sistem itu, sehingga layanan bimbingan akan diraskan memberikan kontribusi terhadap pencapaian tugas pendidikan. Para guru bukanlah petugas yang dapat bekerja sendiri tanpa bantuan dan dukungan manajerial, sosial, maupun sarana fisik merupakan salah sdatu factor penting dari upaya peningkatan mutu pelaksanaan bimbingan di sekolah dasar.

4.      Organisasi dan Administrasi Bimbingan di SD
a.       Organisasi
Pelaksanaan bimbingan di SD saat ini dilaksanakan langsung oleh guru kelas. Pemerintah sebetulnya telah memiliki rencana untuk mengangkat guru pembimbing sesuai dengan PP 38 tentang  Tenaga kependidikan, paling tidak untuk satu kecamatan seorang guru pembimbing. Dengan telah diadakannya kelas unggulan, kebutuhan akan guru pembimbing semakin dirasakan. Beberapa sekolah swasta telah mengangkat guru pembimbing, namun masih purna waktu, merangkap sebagi guru pembimbing SLTP yang bernaung dalam yayasan yang sama.
Menurut pengamatan di lapangan, sebetulnya telah ada guru yang memiliki latar belakang bimbingan. Namun demikian, saat ini para lulusanj bimbingan belum diberikan tugas secara khusus.
Mekanisme organisasi dan administrasi bimbingan di SD telah digariskan dalam Buku Petunjukl Bimbingan dan Penyuluhan di SD (Depdikbud, 1994) seperti diuraikan dalam berikut ini.
b.      Uraian Tugas Personil
Tugas dan tanggung jawab setiap personil dalam kegiatan layanan bimbingan dan konseling sehingga dapat memahami tugas-tugasnya dan melaksanakan sesuai dengan tugas masing-masing.
1)      Kepala Sekolah
Sebagai penanggung jawab kegiatan pendidikan, termasuk layanan bimbingan, tugas kepala sekolah adalah sebagai berikut :
a)      Mengkoordinasi kegiatan layanan bimbingan
b)      Menyediakan tenaga, sarana dan fasilitas yang diperlukan
c)      Melakukan supervise terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian kegiatan layanan bimbingans
2)      Guru Kelas/guru Pembimbing
Sebagai pelaksana pelayanan bimbingan, guru kelas bertugas sebagai berikut :
a)      Merencanakan program bimbingan, tyermasuk rencana mengidentifikasi siswa bermasalah (anak berbakat, anak berkelainan)
b)      Melakukan koordinasi dengan kepala sekolah dan guru mata pelajaran
c)      Melaksanakan kegiatan layanan bimbingan dengan mengintegrasikan pada mata pelajaran masing-masing
d)     Menilai proses dan hasil layanan bimbingan
e)      Menganalisa hasil penilaian layanan bimbingan
f)       Melaksanakan tindfak lanjut atau alih tangan berdasarkan hasil penilaian
g)      Membantu siswa dalam kegiatan ekstrakulikuler
3)      Guru Mata Pelajaran
a)      Melaksanakan bimbingan melalui proses belajar mengajar sesuai dengan mata pelajaran yang menjad tanggung jawabnya
b)      Berkonsultasi dengan guru kelas/guru pembimbing dalam hal masalah-maslah yang berkaitan dengan bimbingan
c)      Bekerjasama dengan guru kelas/guru pembimbing dalam hal pengembangan program bersama/terpadu
c.       Pengawasan
Untuk menjamin terlaksananya layanan bimbingan secara tepat diperlukan kegiatan pengawasan bimbingan baik secara teknis maupun administratif. Fungsi kepengawasan layanan bimbingan adalah memantau, menilai, mempern=baiki, meningkatkan dan mengembangkan kegiatan layanan bimbingan di Sekolah Dasar. Kegiatan pengawasan dilaksanakan mulai dari tingkat nasional, wilayah, kabupaten dan kecamatan. Di tingkat nasional kepengawasan berada di Direktorat Pendidikan Dasar. Di tingkat wilayah, kepengawasan berada di Seksi Pendidikan Dasar. Di tingkat kecamatan kepengawasan berada pada penilik TK/SD.
d.      Sarana dan Prasarana
Program yang telah disusun sedemikian rupa, dapat terlaksana dengan efektif apabila didukung oleh tersedianya sarana dan prasarana yang memadai sesuai dengan kekhususan layanan bimbingan.
Sarana yang diperlukan untuk menunjang layanan bimbingan adalah :
1)      Alat Pengumpul Data
Seperti : format-format, pedoman observasi, pedoman wawancara, angkaet, catatan harian, daftar nilai prestasi belajar, kartu konsultasi dan sebagainya.
2)      Alat penyimpanan Data
Seperti : kartu pribadi, buku pribadi, map dan sebagainya.
3)      Perlengkapan Teknis
Seperti : buku pedoman/petunjuk, buku informasi (pribadi-sosial, pendidikan dan karier), [aket bimbingan (pribadi, belajar dan karier)
4)      Perlengkapan Admionistratif
Seperti : blanko surat, agenda surat, alat-alat tulis dan sebagainya.
Prasarana penunjang layanan bimbingan antara lain :
1)      Ruang bimbingan
2)      Guru dalam melaksanakan bimbingan bisa saja menggunakan kelas sebagai tempat berkonsultasi ataupun diskusi disamping pemanfaatan fasilitas lainnya seperti ruang perpustakaan dan sebagainya. Dalam kondisi ideal ruang bimbingan terdiri atas : ruang tamu, ruang konsultasi, ruang diskusi, ruang dokumentasi dan sebagainya. Ruang-ruang tersebut sebaiknya dilengkapi dengan perabotan seperti meja, kursi, lemari, papan tulis, rak dan sebagainya.
e.       Anggaran Biaya
Anggaran biaya diperlukan untuk menunjang kegiatan layanan, alat dan sebagainya.
f.       Kerjasama
Layanan Bimbingan yang efektif tidak mungkin terlaksana dengan baik tanpa adanya kerjasama guru kelas dengan pihak-pihak yang terkait di dalam maupun luar sekolah.
1)      Kerjasama dengan pihak di dalam sekolah : guru kelas dengan guru mata pelajaran lainnya serta tenaga administrasi sekolah.
2)      Kerjasama dengan pihak di luar sekolah
Kerjasama dengan pihak luar sekolah antara lain orang tua murid, Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan atau BP3, ABKIN, Puskesmas, Psikolog, Lembaga Pemerintah dan swasta serta organisasi kemasyarakatan yang relevan.

sumber: Kartadinata, Sunaryo, dkk. (2002). Bimbingan di Sekolah Dasar. Bandung : CV Maulana


TAHAP PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN MENURUT FREUD


a. Tahap Oral (mulut)

Tahapan ini berlangsung selama 18 bulan pertama kehidupan.
Mulut merupakan sumber kenikmatan utama. Dua macam aktivitas oral di sini, yaitu menggigit dan menelan makanan, merupakan prototype bagi banyak ciri karakter yang berkembang di kemudian hari. Kenikmatan yang diperoleh dari inkorporasi oral dapat dipindahkan ke bentuk-bentuk inkorporasi lain, seperti kenikmatan setelah memperoleh pengetahuan dan harta. Misalnya, orang yang senang ditipu adalah orang yang mengalami fiksasi pada taraf kepribadian inkorporatif oral. Orang seperti itu akan mudah menelan apa saja yang dikatakan orang lain.

b. Tahap Anal

Tahapan ini berlangsung antara usia 1 dan 3 tahun. Kenikmatan akan dialami anak dalam fungsi pembuangan, misalnya menahan dan bermain-main dengan feces, atau juga senang bermain-main dengan lumpur dan kesenangan melukis dengan jari.

c. Tahap Phallic

Tahapan ini berlangsung antara usia 3 dan 6 tahun. Tahap ini sesuai dengan nama genital laki-laki (phalus), sehingga meupakan daerah kenikmatan seksual laki-laki. Sebaliknya pada anak wanita merasakan kekurangan akan penis karena hanya mempunyai klitoris, sehingga terjadi penyimpangan jalan antara anak wanita dan laki-laki. Lebih lanjut, pada tahap ini anak akan mengalami Oedipus complex, yaitu keinginan yang mendalam untuk menggantikan orang tua yang sama jenis kelamin dengannya dan menikmati afeksi dari orang tua yang berbeda jenis kelamin dnegannya. Misalnya anak laki-laki akan mengalami konflik oedipus, ia mempunyai keinginan untuk bermain-main dengan penisnya. Dengan penis tersebut ia juga ingin merasakan kenikmatan pada ibunya.

d. Tahap Latency

Tahapan ini berlangsung antara kira-kira usia 6 tahun dan masa pubertas. Merupakan tahap yang paling baik dalam perkembangan kecerdasan (masa sekolah), dan dalam tahap ini seksualitas seakan-akan mengendap, tidak lagi aktif dan menjadi laten.


e. Tahap Genital

Tahapan ini berlangsung antara kira-kira dari masa pubertas dan seterusnya. Bersamaan dengan pertumbuhannya, alat-alat genital menjadi sumber kenikmatan dalam tahap ini, sedangkan kecenderungan-kecenderungan lain akan ditekan.

MASALAH KARIR BAGI TRANSEKSUAL

BIMBINGAN DAN KONSELING KARIR : MASALAH KARIR BAGI TRANSEKSUAL
A.    Masalah Karir dan Tempat Kerja
Banyak individu transeksual yang mengalami permasalahan atau rasa takut akan prospek masa transisi di tempat kerja. Contohnya masalah pembuatan keputusan apakah akan melakukan transisi di tempat kerja yang sekarang, kehilangan pekerjaan mereka karena transisi mereka, kehilangan pengalaman kerja yang dimiliki dengan nama lain, mengalami diskriminasi ataupun respon negatif dari rekan kerja, bahkan keputusan menggunakan kamar mandi yang mana.
B.     Melalui Masa Transisi di Tempat Kerja
Individu yang melakukan transisi di tempat kerjanya memperoleh manfaat diantaranya :
1.      Jika tetap pada pekerjaan yang sekarang, mungkin mempunya potensi untuk kestabilan finansial yang lebih besar. Mungkin dapat mempertahankan gaji dan memperoleh manfaat yang lebih besar karena masa kerja.
2.      Lebih sedikit mengalami stres jika tetap dengan pekerjaan yang sekarang karena berada diantara kolega yang sudah dikenal dan tugas kerja relatif sama.
Sedangkan rintangannya adalah terkadang rekan kerja melupakan penampilan gender semula individu tersebut sehingga secara tidak sengaja menggunakan kata ganti yang tidak tepat. Rintangan lainnya adalah transeksual memiliki kesadaran diri tentang indentitas.

  1. Transisi di Tempat Kerja Baru
Salah satu manfaat transisi di tempat kerja baru adalah bahwa transeksual tidak harus membuka diri pada rekan kerja. Tetapi jika tetap merahasiakan orientasi seksual di tempat kerja akan terjadi tingginya koflik peran dan kurangnya kepuasan kerja. Dilema yang muncul adalah membuka diri dapat membawa kepuasan diri yang lebih besar, tetapi kemungkinan kerugian dalam hal gaji yang rendah konselor diharapkan dapat mendukung klien saat mereka merundingkan penyingkapan orientasi seksual dan identitas gender, serta mengenali orang yang aman maupun  yang mendukung mereka di tempat kerja. Selain itu konselor mengadakan diskusi yang mengeksplorasi masalah analisis biaya dan manfaat dari bersifat terbuka di tempat kerja. 
   
  1. Aspek-aspek Problematik Mencari Kerja
Saat memutuskan untuk memperthankan pekerjaan individu transeksual harus mempertimbangkan 3 masalah utama yang berhubungan dengan pencarian pekerjaan baru .
1.      Bagi individu yang sedang transisi atau sudah transisi, pengalaman kerja dengan nama baru sangat sedikit, dan bersaing dalam pasar kerja sebagai seorang dewasa yang tanpa pengalaman kerja adalah hal sulit.
2.      Faktor kedua yang harus dipertimbangkan dalam mencari pekerjaan baru adalah proses wawancara. Hal ini sulit khususnya bagi individu yang sedang transisi karena mereka dalam proses pengembangan kepercayaan diri dan harga diri, memberi gambaran yang tegas dan tenang pada majikan adalah hal yang penuh tantangan.
3.      Faktor ketiga adalah etika. Pada lamaran pekerjaan, majikan menanyakan apakah pelamar memiliki pengalaman dengan nama yang lain. Ini menimbulkan dilema etika karena jika menjawab dengan jujur berisiko tidak memperoleh pekerjaan tersebut karena adanya diskriminasi. Namun jika tidak menceritakannya itu adalah kebohongan.

  1. Prasangka dan Diskriminasi : Berhadapan dengan Tim Manajemen dan Rekan Kerja
Penelitian terhadap individu transeksual tentang pengalaman dan psikoterapi menyatakan bahwa masalah dan konflik kerja merupakan alasan utama untuk mencari terapi. Bukti dari komunitas lesbian gay menyatakan bahwa banyak yang mengalami bentuk diskriminasi dan tak ada alasan untuk percaya bahwa individu transeksual dapat terlepas dari prasangka dan/atau diskriminasi yang terjadi di tempat kerja.

  1. Masalah Kamar Mandi
Masalah kamar mandi merupakan salah satu dari sejumlah keputusan yang sulit bagi transeksual.  Meskipun ada peraturan dan garis pedoman untuk membantu manajer dan perusahaan mengenai masalah ini, beban emosi dan pentingnya masalah ini tidak disadari.
Individu transeksual yang mencari bantuan dari ahli psikoterapi diijinkan secara legal untuk menggunakan fasilitas kamar mandi sesuai dengan peran gendernya yang sekarang, terlepas dari adanya operasi jenis kelamin. Namun prakteknya tidak demikian. Beberapa perusahaan mengahruskan individu transeksual yang belum operasi untuk menggunakan kamar mandi sesuai dengan jenis kelaminnya saat itu sampai dia melakukan operasi. Disarankan individu transeksual untuk bekerjasama dengan majikan mereka untuk membantu meringankan ketidaknyamanan yang dialami oleh transeksual denga rekan kerjanya.

  1. Kritikan
Literatur psikologi tentang masalah transeksual tidak memadai. Penelitian menunjukkan bahwa masalah karir merupakan masalah umum dalam psikoterapi tetapi tidak ada studi empiris yang diterbitkan untuk mengevaluasi masalah tempat kerja bagi individu transeksual atau memberi intervensi karir untuk memenuhi kebutuhan khusus mereka.

  1. Rekomendasi bagi Konselor
Langkah menangani idividu transeksual adalah :
1.      Membangun landasan pengetahuan tentang masalah yang dihadapi.
2.      Membantu individu transeksual mengenali seseorang di tempat kerja yang siap untuk membantu melakukan transisi.
Untuk lebih fokus pada masalah karir, ada 4 komponen kompetensi utama yang harus dimiliki konselor agar dapat memenuhi kebutuhan klien transeksual, yaitu :
1.      Harus tahu tentang organisasi dan urusan yang mencakup masalah identitas gender dalam kebijakan non-diskriminasi.
2.      Konselorh harus tahu tentang aspek-aspek pengalaman transisi dan bagaimana kliennya dapat menjalani pengalaman ini di tempat kerja.
3.      Konselor hendaknya mengevaluasi, mengeksplorasi, mengidentifikasi stereotip  maupun penyimpangan profesi dan menggunakan pengetahuan tersebut untuk menerapakan penilaian karir dengan cara yang peka terhadap idividu transeksual.
4.      Konselor menggunakan pengetahuannya dan menerapkan model mengenai identitas seksual untuk tempat kerja.

  1. Kesimpulan
Penelitian dan bukti yang ditampilkan dalam makalah ini dapat dijadikan landasan untuk memahami mengapa masalah karir dan pertimbangan tempat kerja merupakan hal yang sangat penting bagi individu transeksual. Peningkatan kesadarn terhadap masalah akan membawa pada konseling karir yang kuat, perkembangan dan penggunaan penilaian yang lebih baik, serta bertambahnya penelitian yang dilakukan pada saat terus bekerja menangani klien transeksual.

  1. Implikasi dalam Bimbingan dan Konseling

Konselor hendaknya mengevaluasi, mengeksplorasi, mengidentifikasi stereotip  maupun penyimpangan profesi dan menggunakan pengetahuan tersebut untuk menerapakan penilaian karir dengan cara yang peka terhadap idividu transeksual. Perlu kebajikan dan kebenaran dalam setiap keputusan yang diberikan. Nilai kebajikan dan kebenaran yang hakiki adalah bersumber dari agama. Pemberian layanan BK harus bersumber pada nilai agama yang mendasar, universal, dan mutlak.